Lanjutan dari post sebelumnya, dan ini akan menjadi post
terakhir dari seri liburan ke Thailand. Perjalanan kami dari Asiatique ke
Novotel Siam Square memakan waktu cukup lama karena terjebak macet di jalan.
Apalagi daerah yang akan kami singgahi ini bisa dibilang “pusat”nya hiburan di
Bangkok, ada beberapa mall disana, pasar malam, rumah makan dsb. Hari ini juga
hari terakhir kami menggunakan jasa Uncle Saman dan di mobil udah
dihitung-hitung berapa jumlah yang harus kami bayar & tips untuk dia. Kakak
saya sempat nanya, kalau biaya tol itu ditanggung perusahaan juga ya? Uncle-nya
bilang engga, jadinya kakak saya masukin juga biaya tol ke dalam anggaran yang
harus dibayar. Entahlah kalau engga disinggung soal biaya tol, si uncle-nya
bakal minta atau engga. Menurut saya agak aneh aja kenapa dia/bosnya gak bilang
dari awal kalau biaya tol kita yang nanggung. Kita udah gak crosscheck lagi
dengan bosnya. Yang terpenting selama perjalanan supirnya kooperatif dan gak
macam-macam.
Setibanya di lobby hotel, kami langsung turunkan
koper-koper, pamit kepada Uncle dan check-in di resepsionis. Menyangkut lokasi,
hotel ini memang sangat strategis karena dekat beberapa mall (seperti Siam
Paragon, Platinum Fashion Mall), skytrain station (Siam Station) dan rumah
makan terkenal (seperti Ban Khun Mae, Hello Kitty House, Mango Tango dan
restoran korea lainnya). 7-eleven terletak persis di seberang hotel dan gerai
yang ini cukup besar serta lengkap. Proses check-in selesai, kami langsung naik
ke kamar masing-masing di lantai 6 dan 10. Hotelnya sih nampak modern, tapi
begitu masuk ke kamar, kelihatan udah lumayan tua. Perlengkapan yang disediakan
standar hotel bintang 4, ada minibar juga di kamar. Yang paling aneh itu kamar
mandinya, karena modelnya masih shower dengan bathtub yang menyatu dan ada
pintu kaca yang berat (supaya saat mandi, airnya gak membasahi lantai). Kamar
mandi disini punya banyak sekali cermin. Soal kebersihan, kami gak menemukan
sesuatu yang kotor disini. Cuma memang kamarnya nampak tua. Oh iya, gak ada bel
di pintu masuknya lagi, jadi harus ngetuk pintu ya. Di hotel ini juga ada free
wifi, kecepatan internetnya lambat kalau malam, tapi cepet kalau siang hari.
Hari Keenam (30 Juni 2017)
Pagi ini kami bangun agak siang karena jadwal hari ini tidak
padat. Kami segera turun ke restaurant tempat breakfast. Karena novotel ini
hotel international, menu breakfast yang disediakan sangat beragam dan lengkap.
Sayang saya tempat makannya bernuansa gelap dan sempit. Rak piring yang kosong
(sudah dipakai semua) tidak segera diisi oleh pelayannya, sampai kita harus
minta sendiri baru di refill. Sarapan pagi ala barat, India, hingga Chinese
(dimsum dan bakpau) tersedia di sini. Kami sekeluarga ditempatkan di dining
room bertema chinese, dengan meja bundar yang besar dan dekorasi merah. Rasa
makanannya standar, yang paling saya suka kudapan manis (kue-kue) mereka.
Breakfastnya sadis kan |
Sesudah
sarapan, kami kembali ke kamar untuk siap-siap ke tempat selanjutnya, Platinum
Fashion Mall. Saat naik, kita sempatkan juga melihat swimming pool-nya Novotel.
Dari jauh udah keliahatan jorok dan kehijauan, herannya ada banyak orang yang
masih berenang disana.
Kolam renangnya hijau banget. Di malam terakhir kami di sini, ada yang bikin resepsi pernikahan di kolam ini |
Arena bermain dan menonton di Lobby Novotel |
Karena sudah tidak menggunakan jasa Uncle Saman, kita ke
Platinum naik kendaraan umum. Ada 2 rombongan jadinya, yang pertama naik taksi
(100 baht) dan yang kedua naik tuk-tuk (150 baht). Kakak saya yang udah
berkeluarga malah heran, tuk-tuk yang gak ber-AC kok malah lebih mahal
dibanding taksi (mobil inova) yang besar dan dingin. Satu tuk-tuk gitu bisa
muat hingga 4 orang. Yang sampai duluan di Platinum Fashion Mall adalah si
tuk-tuk, karena mereka lewat jalan alternatif sementara taksi kami terjebak
macet di jalan.
Setelah taksi kita nyampai, kita langsung nyari rombongan
satunya di dalam mall.
Platinum Fashion Mall ini seperti namanya, merupakan
tempat belanja pakaian yang sudah tersohor di kalangan turis maupun warga
Bangkok. Platinum sering disebut sebagai Chatuchak versi indoor. Kalau di
Jakarta, mirip dengan ITC Mangga Dua. Empat lantai dari mall ini didedikasikan
untuk tempat jualan baju pria dan wanita, sementara sisanya untuk foodcourt dan
toko aksesoris. Untuk mendapatkan harga termurah. Kita harus beli 3 pcs atau
lebih.
Awalnya kita muterin dulu lantai dasar mall, melihat koleksi
baju disana dan secara bertahap naik eskalator menuju lantai teratas (tempat
makan). Karena saya kurang ngerti fashion, saya gak bisa bicara banyak tentang
koleksi baju di Platinum. Yang pasti, cewek-cewek di keluarga kami belanja baju
cukup banyak. Pelayan-pelayan disini saya bilang agak ketus saat menjawab
pertanyaan kita, apalagi kalau sudah minta diskon. Mukanya kurang bersahabat,
jauh deh dibanding pelayan di Mangga Dua yang masih bisa bermuka manis. Apalagi
kalau udah coba-coba baju disini terus gak jadi beli, bisa dikata-katain sama
penjaga tokonya. Beberapa toko malah gak menyediakan fitting room. Platinum
Fashion Mall ini aslinya sangat luas, kita sampai gak sanggup muterin satu
penuh.
Setelah melihat-lihat pakaian disini, kita naik ke food
court mereka di lantai teratas. Gak hanya foodcourt saja, disini juga ada kios
yang menjual oleh-oleh. Mama saya akhirnya membeli sosis babi di salah satu
kiosnya.Karena saat itu sudah jam makan siang, maka
foodcourt disini ramai sekali. Kami menunggu cukup lama hingga mendapatkan
tempat duduk. Seperti foodcourt pada umumnya, disini bayar makanannya
menggunakan kartu khusus yang bisa di top-up. Kemudian kami berpencar untuk
mencari makanan masing-masing.
Makanan yang dijual disini cukup
bervariatif. Saya akhirnya membeli sejenis pancake kerang (ini makanan terkenal
di Thailand, tapi mungkin belum sepopuler tom yum di Indonesia jadi gak banyak
yang tau). Pancake ini terdiri atas tauge, telur dadar dan kerang di atasnya.
Rasanya enak dan kerangnya gak amis. Selain itu kita juga beli mango sticky
rice, pad thai, es campur sampai deli manjo (yang di Jakarta juga ada). Makanan
disini murah-murah, pancake yang saya beli aja hanya 70an baht (28 ribu
rupiah). Yang agak mahal itu mango sticky rice-nya (110 baht = 44 ribu rupiah).
Tapi saya harus akui mango sticky rice disini lebih enak dibandingkan di
Pattaya Floating Market kemarin.
Sesudah makan siang, kami ke toko snack di
dekat foodcourt untuk beli oleh-oleh. Kemudian kami turun lagi ke bawah,
berencana melihat apa saja yang ada di lantai dasar. Saat turun kita melewati
toko aksesoris HP yang jumlahnya cukup banyak di mall, persis di mangga dua
kan. Di lantai dasar, kita ketemu gerai Mister Donut dan beli beberapa donut
lagi untuk makan di tempat. Di seberang Mister Donut ada toko jeans yang murah
banget, satu jeans harganya cuma 250 baht (100ribu rupiah) dan sizenya lengkap
mulai dari kecil hingga besar. Karena murah kita juga beli beberapa buah.
Setelah itu (sekitar jam 15.30) kita jalan ke luar mall, mau nyari taxi untuk
kembali ke hotel. Ternyata antrian taxinya cukup panjang, jadinya kami coba
naik tuk-tuk. Sebelum naik tuk-tuk, biasakan tawar harga dulu seperti yang kami
lakukan kemarin. Tarif tuk-tuk dari Platinum-Novotel yang berhasil kami
deal-kan adalah 150 baht (60 ribu rupiah), sama seperti tarif saat datang ke
sini. Meskipun nampak kecil, tuk-tuk bisa diisi hingga 4 orang. Naik tuk-tuk
sebenarnya cukup nyaman, yang gak enaknya kita kena polusi dan rawan scam.
Sesampainya di hotel, kami istirahat sebentar karena malamnya kita akan makan
di luar.
Tuk-tuk yang parkir di sepanjang jalan |
Sekitar jam 16.30, saya dan adik mutusin
untuk jalan keluar hotel dan muter-muterin wilayah Siam Square. Siam Square ini
bisa diibaratkan Orchard-nya Singapore, karena disini terletak banyak pusat
perbelanjaan besar dan area pedestrian-nya juga bagus. Berjalan kaki sebentar
dari hotel, kita bisa langsung menemukan deretan mall megah dan di antara
gedung-gedung yang berekatan, biasanya ada jalan/gang tempat berjualan makanan.
Di sana kami menemukan banyak stall makanan dan toko aksesoris (baju, HP,
gelang, kalung, dsb). Kita cobain beberapa stall makanannya, ada makanan korea
(seperti oden, topokki), otak-otak ikan khas Thailand + saus asam manis,
Karaage yang kesemuanya enak-enak dan terjangkau harganya. Selain itu kami juga
beli Hokkaido Cheese Toast (roti panggang khas hokkaido) yang antriannya
lumayan panjang. Hokkaido cheese toast ini pada dasarnya roti panggang berisi
keju meleleh. Ada dua rasa yang kami coba, charcoal (rotinya hitam) dan
chocolate (roti cokelat). Ini enak juga apalagi saat masih hangat, harganya
lumayan sekitar 70 baht/pc. Kita juga
beli kue sejenis kue pandan di depan hotel, yang ini rasanya kurang enak dan
agak alot.
Malam harinya kita makan di restoran
Thailand dekat hotel, namanya Ban Khun Mae. Kita kesini jalan kaki karena
letaknya yang memang sangat dekat. Bagian interior rumah makan ini masih
terkesan kuno, masih otentik khas Thailand dengan pencahayaan remang-remang.
Kata kakak saya makanan disini enak-enak dan murah. Saat saya datang pun,
tempat ini udah ramai dengan tamu asing. Kita langsung naik ke lantai 2 dan
duduk di meja lumayan besar. Makanan yang kami pesan diantaranya Tom Yum Kung,
Som Tum, Thai Fish Cake, Ayam Pandan, Udang Bakar dan beberapa dessert seperti
es cendol & singkong santan. Kita gak pesen mango sticky rice karena udah
sering makan begituan disini, lagipula menurut saya rasanya gak istimewa/nagih
banget.
Makanan yang kami pesan keluar lumayan
cepet dan rasanya rata-rata enak. Tapi kakak dan adik saya udah mulai enek
makan Thai Food yang rasanya memang cenderung gitu-gitu aja. Mereka bilang
besok-besok mau coba makanan lain. Selesai makan, kami rencananya akan berpencar,
ada yang mau pulang ke hotel dan ada yang mau menghabiskan malam ke pasar
malam. Akhirnya semua malah jalan ke Siam Paragon Mall. Di mall ini kita hanya
muter-muter saja. Mallnya besar, bagus dan sangat ramai. Pulang dari mall, kami
sempat sedikit kehujanan, untung saja exit mallnya dekat dengan hotel. Sebelum
naik ke kamar, kami sempatkan lagi ke 7-eleven untuk beli camilan hehehe. Struk
belanja dari 7-eleven disini pakai bahasa Thai semua loh, jadi agak susah
dibaca dan ngecek harganya.
Hari Ketujuh (1 Juli 2017)
Seperti biasa, pagi ini kami sarapan dulu
di hotel. Menu makanannya benar-benar sama seperti hari kemarin, hampir gak
kelihatan variasinya. Selesai sarapan, kita langsung siap-siap untuk ke
Chatuchak Weekend Market. Chatuchak ini udah terkenal banget di kalangan turis dan
wisatawan di Thailand, karena tempat ini menjual aneka barang kebutuhan dengan
harga miring dan lengkap. Sesuai namanya, Chatuchak ini hanya buka di akhir
pekan (Sabtu & Minggu). Hari Jumat mereka juga buka, tapi mulainya jam
18.00. Untuk ke Chatuchak dari hotel kami di Siam Square, sebenarnya ada
beberapa alternatif, diantaranya naik taksi atau skytrain. Sebelum tahu mau
naik yang mana, kita tanya dulu ke penjaga hotel. Dia bilang naik Sky Train
saja karena lebih cepat dan murah dibanding naik taksi. Awalnya kakak kami
pingin naik taksi karena dia pikir lebih murah (kami yang pergi berenam, kakak
pertama saya dan keluarganya memilih untuk ke Kidzania seharian itu). Untuk
naik Skytrainnya, kita masuk ke dalam stasiun Siam dan beli tiket untuk one-way
trip. Stasiun Sktytrain di Bangkok agak beda ya dengan stasiun MRT Singapore,
karena kalau di Singapore stasiunnya bersih dari penjaja makanan, sementara
disini banyak sekali stall penjual makanan dan reklame/papan iklan bertebaran
dimana-mana. Tiket masuk yang kita beli nanti dimasukkan ke dalam mesin dan
harus diambil untuk dipakai keluar di stasiun tujuan. Oh iya, untuk ke
Chatuchak Market, kita turun di Mo Chit Station (stasiun akhir, dekat
Chatuchak). Bicara soal skytrain (keretanya), gerbong kereta punya Thailand ini
mirip dengan punya Singapore, bersih, modern dan nyaman. Orang-orangnya
rata-rata juga sopan, sampai inisiatif
berdiri untuk memberikan kursinya ke orang yang lebih tua. Perjalanan
kereta ini memang tidak butuh waktu lama untuk sampai Mo Chit Station. Keluar
dari stasiun, kita jalan kaki sedikit ke pintu masuk pasar.
Dalam skytrain, Banyakan turis yang naik ini. |
Chatuchak ini sudah terkenal dari dulu untuk kelengkapan barang
yang dijual disana. Karena pasar ini sangat besar, sebaiknya kalian pikirkan
dulu mau beli apa jadi bisa langsung spot the location (misalnya mau ke section
mana, mau nyari apa). Di tempat ini, kami muter-muter tanpa arah yang jelas,
sekedar lihat-lihat apa yang ada disana dan langsung beli kalau cocok. Segala
macam barang bisa ditemukan disini, dan saya beli oleh-oleh (keychain, pajangan
lemari dll) di tempat ini. Untuk harganya, gak bisa dibilang lebih murah,
karena quantity yang saya beli sedikit saja. Satu paket gantungan kunci isi 6
harganya 100 baht (40 ribu rupiah). Sama seperti yang saya temukan di Pratunam
dan Platinum. Selain gantungan kunci, kalian juga bisa beli sabun bentuk
buah-buahan yang cocok dijadikan oleh-oleh.
Disini saya juga beli coconut ice
cream yang (IMHO) rasanya agak aneh karena santannya terlalu kuat. Satu porsi
harganya 55 baht (22 ribu rupiah). Di Chatuchak, toko yang ramai pengunjung itu
toko tempat pembuatan dompet/tas laptop/card holder yang bisa diukir nama kita.
Karena murah dan bagus, maka yang mau beli banyak. Setelah jalan-jalan sekian
lama, kita akhirnya menemukan tempat makannya, dan ternyata ada yang mirip
banget dengan format warteg di Indonesia. Sayang kita gak coba makanan beratnya
dan hanya beli jajanan macam ayam goreng yang diberi bumbu rempah. Waktu
belanja kita di Chatuchak bentar aja, gak lebih dari 4 jam. Kita yang
rencananya mau seharian disini sampai sore, akhirnya pulang ke hotel sekitar
jam 12.30 siang.
Pulangnya naik skytrain lagi, jujur saya suka sama skytrain
Bangkok karena bersih, dingin dan lega banget (gak sesak padahal lagi weekend). Sesampainya di Siam Station, kakak saya langsung pergi lagi jalan ke tempat
makanan dekat sini dan beli beberapa jajanan pulang buat kita makan.
Ini kue khas Thailand gitu, entah apa namanya. Rasanya biasa aja malah cenderung kemanisan |
Sore itu
kami habiskan dengan istirahat saja di hotel, nonton film-film hollywood jadul
di TV. Karena bosan, kita semua sepakat jalan ke luar lagi untuk menghabiskan
uang baht yang tersisa. Ternyata di tempat kemarin kami beli makanan korea
(oden), karaage, dll gitu sudah muncul banyak tenda yang menjual aneka barang
pernak-pernik. Ada baju, casing hp, bolpoin, dompet, cermin pocket dll.
Sepertinya tenda-tenda ini muncul saat weekend saja, karena kemarin saat kita
kesini gak ada. Di sekitar sini juga banyak foodtruck, dan kita nyobain satu
foodtruck yang jualan nasi omelet rasa tom yum. Rasa omelet tomyum ini ternyata
enak dan harganya cuma 55 baht (22 ribu rupiah saja). Selain itu kita juga beli
ice cream crepe.
Ban Khun Mae di siang hari |
Beda jauh ya gambar dan aslinya. Tapi ini enak juga rasanya. |
Salah satu stall di bazaar, Korean Food. |
Suka deh dengan Bangkok, karena makanan disini rasanya
enak-enak dan harganya gak overpriced menurut saya. Pulangnya kita ke 7-eleven
lagi membeli beberapa makanan untuk terakhir kalinya (seperti sosis babi, nasi
babi dan air mineral). Di hotel kita makan dulu sebentar baru lanjut istriahat
(bobo siang).
Sore harinya sekitar jam 6, kita pergi ke Siam Paragon Mall
nyusul kakak saya. Kami makan malam dulu disini, di foodcourtnya. Lagi-lagi
makanan yang kita santap itu fastfood KFC. Rasa ayam gorengnya sih mirip di
Indonesia, tapi ada sejenis mixed bowl ayam goreng dengan bumbu Thai, itu
rasanya (kata Mama saya) anehnya bukan main hahaha. Akhirnya mixed bowl itu gak
dihabisin sama dia. Kita juga beli sejenis cheesetart yang rasanya enak banget
(bukan Pablo, dan saya gak inget mereknya). Selesai makan, rombongan kakak saya
datang juga ke sini setelah seharian main di kidzania. Mereka bilang kidzania
disini lebih kecil dari segi ukuran dibandingkan di Jakarta, tapi mainannya
lebih lengkap dan lebih seru. Biaya masuknya sekitar 600-800rb rupiah per anak.
Kita lanjutin jalan-jalan muterin mall setelah makan malam. Di Siam Paragon ini
ada Garrett Popcorn yang terkenal itu loh dan kita beli juga akhirnya. Lalu ada
juga Ben’s Cookies (cookie terkenal dari Oxford, Britain) yang baru soft
opening di mall ini. Kita sempat liat dan kepikiran mau beli, tapi malah kita
jalan ke Garrett duluan. Pas balik dan siap mau ngantri, antriannya udah
mengular panjang banget dan satu orang cuma boleh beli 1 box kecil saja. Akhirnya
kita gak jadi beli dan balik ke hotel. Mall Siam Paragon ini menurut saya
(sekali lagi) bagus banget dan terlihat kemewahannya. Foodcourtnya aja keren
gitu desainnya, banyak makanan di etalase yang penampilannya menggoda sekali.
Karena itu hari weekend, jumlah pengunjung mallnya banyak, tapi kita tetap
nyaman jalan-jalan di dalamnya.
Kanan Atas, Mixed Bowl KFC yang aneh itu |
Garrett Popcorn |
Kita yang muda-muda gak langsung masuk kamar hotel terus tidur,
tapi keluar lagi ke pasar malam yang letaknya dekat sana. Kalau yang ini
benar-benar pasar malam khas Indonesia, karena ada bianglalanya juga. Disini
banyak tenda-tenda penjaja makanan, tapi kita gak cobain satupun karena sudah
kenyang.
Malam di Siam Square |
Bazaar lagi di dekat hotel, bazaar ginian emang banyak di Bangkok, tapi yang satu ini agak sepi |
Kita jalan lagi ke 7-eleven (hahaha, laku banget kan kalau buka
7-eleven di Bangkok) buat beli keripik (seperti Lays) dan camilan manis (cookie
stick – sejenis pocky) yang rasa & packagingnya khas Thailand, buat camilan
di rumah nanti. Sesampainya di hotel, kita langsung packing supaya besok pagi
gak usah repot lagi.
7-eleven di sini |
Susunya banyak ragam dan murah-murah |
Frozen food yang langsung dipanasin di microwave |
KitKat Ice Creamnya sebenarnya biasa aja. Susu meiji yang lebih enak |
Hari Kedelapan (2 Juli 2017)
Hari ini hari terakhir liburan kami. Paginya kami sarapan di
hotel, lanjut turunin koper dari kamar dan dijemput oleh bosnya uncle saman
yang akan mengantar kami ke bandara. Setelah check-out selesai, kami langsung
meluncur ke Suvarnabhumi Airport dan ke konter check-in Garuda.
Karena konter
check-in nya masih tutup, kita harus menunggu agak lama sampai dia buka. Sesudah
menyerahkan koper-koper untuk dimasukkan ke dalam bagasi, kita pergi ke konter
imigrasi dan waktunya belanja setelah melewati immigration. Banyak toko
duty-free di dalam bandara Suvarnabhumi. Kita sih makan dulu baru belanja
sebentar di duty-freenya, karena waktu kita juga terbatas akhirnya gak dapat
banyak barang disini.
Makan siang kita, kayaknya ini ramen bungkusan yang sedikit dimodifikasi |
Setelah beli beberapa oleh-oleh, kita ke boarding gate
dan naik pesawat kembali lagi ke Indonesia. Selesai sudah perjalanan liburan
kali ini.
Di bawah ini ada itinerary kami dalam bentuk tabel, yang mau lihat silakan saja. Tanggal 25-29 Juni dan 2 Juli 2017 kami menggunakan jasa mobil van Uncle Saman, sementara 2 hari lainnya kita naik transportasi umum/jalan kaki di Bangkok.
seru banget bacanya makasih uda share
BalasHapusdigital marketing indonesia 2018